Sabtu, 01 November 2008

GELIAT SASTRA NYOMAN MANDA



HASIL KARYA:/PENGALAMAN/GAGASAN PENULISAN:
1) Sejak duduk di bangku SMA Negeri Singaraja sudah mulai gemar menulis namun tidak ada yang dipublikasikan lewat koran/majalah ( th 1957).
2) Kemudian setelah diangkat sebagai guru SGA Negeri Selong Lombok Timur setelah tamat B.I Bhs Indonesia (th 1961) mulai merintis menulis/mementaskan drama untuk sekolah dan perayaan di kabupaten Lombok Timur.
3) Kemudian hal ini berlanjut setelah pindah sebagai guru SMUN 1 Gianyar pernah mementaskan drama keliling daerah tk II Gianyar. (Sakuntala, Desaku) Ide penulisan masih mengangkat warna lokal adat isitiadat, agama dan lingkungan hidup dan pendidikan.
4) Kemudian mulai menulis artikel tentang budaya di surat kabar Suara Karya, Indonesia Raya Mingguan Merdeka Zaman dan Bali Post.
5) Menulis cerpen Indonesia di Media Muda Balai Pustaka, Simponi dan Bali Post serta harian Nusa Tenggara
6) Menulis puisi Bali di harian Nusa Tenggara
7) Ketika menjadi anggota DPRD Tk II Gianyar bersahabat dengan Made Sanggra dan bersama-sama menerbitkan kumpulan puisi ,, Ganda Sari” ( th 1973 dan th 2002 cetakan ke III)
8) Setelah ada TV RI Denpasar pada th 1974 sampai tahun 1995 sangat sering mementaskan drama/apresiais puisi di TV dengan membentuk Sanggar Purnama yang anggautanya umum dan Sanggar Malini (SMUN I Gianyar).
9) Sering mengadakan apresiasi seni sastra di Pondok Tebawutu Gianyar dengan Bali Post (Umbu Landu Peranggi dan mahasiswa Faksas Udayana.) dengan siswa di kota Gianyar, SMAN Gianyar, SMA TP 45 Gianyar, SMP Dwijendra, SMPNegeri I Gianyar .
10) Demikian pula mengadakan kegiatan seni dengan sanggar Jungut Sari Sukawati dan Sutan Takdir Alisyahbana dengan Balai Seni Toya bungkah danau Batur .
11) Tema penulisan tetap mengetengahkan warna lokal, adat istiadat, pendidikan, kebudayaan seperti jelas nampak pada kumpulan puisi Ganda Sari
12) Kemudian ide penulisan berkembang tentang pariwisata budaya ( cerpen Togog yang memenangkan hadiah ke dua pada sayembara mengarang cerpen Bali diadakan oleh Balai Bahasa Singaraja th 1977)
13) Demikian pula ide keagamaan - perbuatan baik dan buruk- serta peranan generasi muda pada pembangunan desa nampak pada drama “Masan Cengkehé nedeng mabunga” (drama pemenang pertama pada sayembara penulisan drama yang diadakan oleh Listibiya Bali (1978) dan drama ,,KUUK”
14) Masalah alam lingkungan dan pendidikan nampak pada novel” Kasih Bersemi di danau Batur” diterbitkan oleh Pemda TK I Bali th 1981.
15) Masalah tanah ayah dan adat nampak pada novel “Sayong”
16) Demikan pula masalah pariwisata, adat, dan tanah nampak lagi pada kumpulan cerpen Helikopter.
17) Masalah pendidikan menonjol diangkat dalam ceritra Guru Made merupakan cerpen pemenang pertama yang diadakan oleh PKB th 1995.
18) Ceritra pendek yang bernuansa alam gaib dan mistik diangkat dalam kumpulan cerpen yang berjudul Hilang.
19) Masalah kepahlawanan ide ini tertuang dalam kumpulan puisi Puputan Badung merupakan kumpulan puisi dwi bahasa namun puisi yang berbeda bahasanya tidak mempunyai kaitan yang sama hanya isinya sama mengisahkan perjuangan raja Badung sampai titik darah penghabisan.
20) Ceritra kepahlawanan nampak juga dalam cerpen “Angin Ngesir di batan binginé”
21) Tema tentang keagamaan dan sujud kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa terdapat dalam kumpulan puisi Mara-Mara th 1994.
22) Kumpulan puisi ,,Tiang” merupakan kumpulan puisi biograpi/riwayat hidup pengarang dengan lebih jelas menceritrakan tentang keadaan kota Gianyar dari masa kecilnya sampai saat menjelang dewasa saat perjuangan dan masa revolusi.
23) Dalam dunia anak-anak menceritrakan tentang kehidupan anak-anak Bali terdapat dalam novel “I Kentung uling Lodtungkang” dan drama anak-anak ,,Galang Bulan”
24) Kehidupan remaja SMU dan kenakalan remaja, ngebut dan narkoba tema ini diceritrakan dalam novel ,, Manah Bungah lenyah di Toyabungkah".
25) Ceritra kehidupan sosial masyarakat Bali dari demontrasi, kehidupan pegawai, hakekat perempuan, keagaaman dan reformasi masa kini ide/tema ini tertuang dalam kumpulan ceritra pendek ,, Tali Rapiah “ yang berisi enam belas cerpen pendek.
26) Kritik Sosial dan kritik masa kini, ide/tema ini tertuang dalam kumpulan puisi pendek yang berjudul ”Beh”
27) Dalam terjemahan untuk mendapatkan gagasan dan pengalaman penulisan dalam puisi sudah diterjemahkan puisi “Deru Campur Debu” karya Khairil Anwar kedalam bahasa Bali dalam judul yang sama.
28) Juga telah diterjemahkan kumpulan puisi karya Taufik Ismail yang berjudul ,,Tirani dan Benteng” ke dalam bahasa Bali dengan judul yang sama.
29) Dalam mencari perbandingan dalam cerpen telah diterjemahkan kedalam bahasa ,,Bali,,Di tengah keluarga’ karya Ajip Rosidi dan ,,Bawuk” kumpulam cerpen pilihan Majalah Horison kedalam bahasa Bali dengan judul ,,Bawuk”
30) Juga telah diterjemahkan ,,Layar terkembang” dan ,,Sukreni gadis Bali” ke dalam bahasa Bali yang maksudnya untuk mencari perbandingan dalam menulis roman atau novel.
31) Juga telah diterjemahkan novel ,,Dibawah Lindungan Kaabah” karya Hamka dan dimuat bersambung dalam Majalah Satua.
32) Novel “ Bunga Gadung Ulung Abancang”(2001) dan yang kedua dan ketiga terbit th 2003, merupakan novel trilogi yang kini baru selesai sampai bagian keduanya. Novel ini yang dipakai sebagai dasar pengarang menerima hadiah Sastra rancage untuk kedua kalinya (th 2003),
33) Juga berusaha mengumpulan karya-karya seniman puisi di Bali dengan judul “Perani kanti’ yang tujuannya supaya perkembangan Sastra Bali Anyar khususnya puisi supaya berkembang di Bali.
34) Ide supaya ada sarana untuk mengembangkan sastra dan budaya Bali maka bersama-sama Made Sanggra menerbitkan majalah Canang Sari dan majalah Satua sehingga mereka yang senang menulis maca pat, kekawin yang ditulis dengan huruf Bali, gending anak-anak, puisi dan cerpen ada sarananya sehingga kegiatan penulisan sastra Bali akan berkembang maka majalah Canang Sari dan Satua lah sebagai sarananya
35) Kumpulan cerpen ”Laraning carita ring Kuta,” kumpulan ceritra tentang peristiwa Bom di Kuta 12 Oktober 2002
36) Dalam gagasan lebih lanjut kiranya bisa diadakan pertemuan antara seniman-seniman Sastra Bali Anyar sehingga ada diskusi dan gagasan untuk mengembangkan kehidupan Sastra Bali makin bisa berkembang
37) Menulis kumpulan puisi ,, Suung Luung “ ( terbit April 2003) tebal 56 halaman judul puisi diterbitkan oleh Pondok Tebawutu. Puisi ini juga seperti puisi-puisi lainnya adalah potret kehidupan manusia Indonesia/Bali yang bergejolak .
38) Juga terbit kumpulan drama dwi bahasa yang berjudul “DEMO”tebal 61 halaman berisi delapan (8) judul drama dan salah satu dari judul drama itu diangkat sebagai judul buku ini. Ini juga temanya kritik sosial dan protest pada keadaan bumi Indonesia seperti sekarang ini penuh penderitaan kemiskinan dengan budaya kental KKN nya.
39) Pada tanggal 31 Januari 2003 memperoleh hadiah Sastra Rancage untuk kedua kalinya atas novel triloginya yang berjudul “ Bunga Gadung Ulung Abancang” Penyerahan hadiah sastra Rancage ini dilakukan di Universitas Negeri Jakarta di Rawamangun. Yang penting di sana bertemu dengan Pramudya Ananta Tur dan disana berjanji dengan pengarang Pram akan menterjemahkan bukunya ,,Perburuan” kedalam bahasa Bali.
40) Sedang mempersiapkan sebuah novel tentang bom Kuta dan sebuah novel perjuangan. Dan kumpulan puisi Ubud.
41) Kini bulan Januari mulai beranjak menerbitkan kumpulan puisi ‘TIANG” untuk cetakan kedua terbit dengan 56 halaman.
42,Gebyar Gianyar dan yang terhindar yang terhindar- easay tentang daerah Gianyar ( 214 halaman)

43
Terbit kumpulan cerpen ,,Alikan Gumi” yang banyak diilhami setelah bergaul dengan para pelukis terkenal sepeti Gunarsa, Dewa Batuan dan bersahabat dengan kurator pencinta seni Wayan Suteja Neka dan wayan Windia SH.
44
Menerbitkan buku Mamedi merupakan kumpulan cerpen anak-anak yang telah dimuat di tabloid Lintang Bali Post.
45
Mencetak ulang kumpulan cerpen Helikopter dan novel kasih Bersemi di danau Batur.
46.
Setelah melakukan tritayatra ke India pada bulan september 2005 terbit buku Tirta Yatra Ke India (179 halaman)
47
Terbit kumpulan puisi pada tahun 2005 dengan judul “Niti titi Puttaparthi” inspirasinya timbul ketika beberapa hari ada di kota Puttaparthi tempat Sae Baba
48
Terbit kumpulan drama “Dewi Sakuntala” pada tahun 2006 ilhamnya timbul ketika berada di sungai gangga dekat pertapaan Empu Kanwa di Resikes India.
49,
Terbit kumpulan puisi “Swara Cakra Kuruksetra” tahun 2006 setelah setelah sehari suntuk ada di Kuruksetra India tempat pertempuran Baratayudha.
50.
Kumpulan cerpen terbit tahun 2006 yang berjudul “ Satua nyongkok Denpasar Bangkok”

51.
Pada pertemuan pengawi Bali di Art Centre pada Juni 2006 terbit kumpulan puisi “Cingkreman Pesamuan”
52,
Terbit kumpulan cerpen Bali yang memakai pantun” Ajak ja beli Mlali”
53.
Terbit buku novel “Nembangang Sayang” tahun 2007
54.
Terbit novel sejarah “ Gending pengalu” (115 Halaman –April 2007.
55,
Oktober 2007 terbit novel Depang tiang bajang kayang-kayang
1. Bagaimana proses terciptanya novel Depang tiang bajang kayang- kayang(DTBK)?
Sebagai seorang penulis yang beragama Hindu Dharma dan lahir serta dibesarkan di Bali yang mendasar selalu saya ingin ungkapkan adalah kehidupan orang Bali dengan segala aspek kehidupannya. Agama dan kebudayaan menjadi dasar penulisan. Saya tinggal di Gianyar yang terkenal dengan daerah wisata maka pariwisata juga menjadi latar penulisan saya. Novelet ini (tebal 100 halaman) merupakan kelanjutan inspirasi kumpulan cerpen saya yang tiga bahasa ( Laraning Carita di Kuta,(bahasa Bali), Duka Kita di Kuta (bahasa Indonesia) dan Our sorrow in Kuta (bahasa Inggris). Dalam ketiga buku ini ada cerpen saya yang berjudul -Depang tiang bajang kayang-.
Ceritra ini terinpirasi di obyek wisata Monkey Forest di Ubud dimana disana banyak ada pedagang acung dan salah seorang dari mereka adalah Nyoman Sari pelaku utama ceritra ini. Ceritra ini sangat terkait dengan peristiwa Bom Bali 12 Oktober 2002., dimana banyak jatuh korban turis Australia di café Paddy dan . Peristiwa yang benar-benar terjadi di Kuta itu saya padukan dalam rekaan imajinasi novel kecil ini
2 Dari sekian banyak karya sastra yang telah bapak ciptakan dalam bewntuk puisi,drama, novel. Cerpen yang manakah dari karya tersebut yang memiliki kesan dalam pembuatannya dan memiliki kontroversi pada jamannya?”
Saya mulai giat menulis pada awal tahun tujuh puluhan dan pada waktu itu Listibiya Prop Bali dan Balai Bahasa Singaraja sering mengadakan lomba/sayembara dan salah satu cerpen saya yang berjudul Togog mendapat hadiah pertama. Saya berkesan dengan cerpen ini karena saat itu saya juga berkecimpung dalam maraknya pariwisata di Bali. Disini saya melihat kenyataan seniman yang tekun berkarya (pemahat) kadang-kadang hasilnya dikalahkan oleh guide yang hanya bermodal bahasa Inggris dapat mengeruk penghasilan besar. Demikian pula dalam cerpen Togog ini saya mengisahkan kehidiupan tradisi yang masih kuat utamanya kehidupan black magik.Hal ini yang mendalam dalam pikiran saya yang saya angkat dalam cerpen saya padahal pada waktu itu generasi muda sudah mulai menganggap hal semacam itu kepercayaan yang sia-sia dalam kemajuan modern ini Kontroversi semacam ini masih ada dalam laju modern kehidupan orang Bali. .
3. Amanat apa yang ingin disampaikan dalam pengarang dalam novel Depang tiang bajang kayang-kayang (DTBK).
Saya menekankan agar orang Bali sadar akan keluhuran nilai-nilai agama dan budaya yang menjadi dasar kehidupan orang Bali sepanjang masa, Ini harus menjadi tuntunan orang Bali kedepannya.
4, Dilihat dari judul novel adakah makna yang tersirat yang ingin bapak sampaikan?
Pertama wanita Bali hendaknya luhur dalam menghargai cinta. Ketulusan dalam menjalin cinta adalah penjabaran satia wacana apalagi dalam berumah tangga. Cinta yang tulus adalah cinta yang suci. Nyoman Sari ingin abadi dalam cintanya-biarlah saya sendiri seterusnya namun nanti di dunia sana mungkin cinta itu akan abadi
5. Apakah judul Depang tiang bajang kayang-kayang masih relevan dengan kehidupanmasyarakat sekarang, hal apa yang melatar belakangin pemilihan judul tersebut?’
Saya rasa tetap relevan asal orang Bali sadar dan menghayati ajaran agama Hindu, keyakinanan akan kebenaran(tri kaya parisuda), wanita Bali yang mengerti akan ajaran agama dan setelah bercinta dalam kehidupan cinta ini hendaknya tulus abadi walaupun seandainya maut memisahkan mereka tapi di dunia sana mereka akan abadi bersama Dan keyakinna akan hal inilah yang menjadi latar belakang pemilihan judul novel ini,
6. Mengapa dalam novel DTBK pengarang sangat tertarik menggunakan latar kehidupan pariwisata di Ubud khususnya di Monkey Forest , apa yang melatar belakangi hal tersebut.
Seperti kita ketahui Bali terkenal didunia karena pariwisatanya. Obyek wisata, seni dan budaya menjadi primadona pariwisata di Bali. Salah satu malah yang penting jika wisatawan datang ke Bali tanpa pernah menginjakan kaki di Ubud dan Kuta kunjungan mereka tidak lengkap, Dari sekian obyek wisata di Ubud yang paling terkenal dulu adalah Monkey Forest dan di obyek-obyek wisata ini para pedagang acung yang mengandalkan hidupnya dari tamu yang datang banyak berkumpul di Monkey Forest ini dan disinilah Nyoman Sari tokoh utama wanita kisah ini berawal dengan datangnya tamu Australia di tempat ini (John Pike).
7. Bagaimana kehidupan masa kecil Bapak?
Kehidupan masa kecil saya, saya usahakan tuangkan dalam kumpulan puisi Tiang dan novel anak-anak I Kentung uling Lodtungkang (nama desa imaginasi saya yang sama dengan nama kelahiran desa saya)
Saya sebenarnya dilahirkan tahun 1938 (perhitungan pawukon Bali namun di ijasah saya tertulis 14 April 1939, perkiraan saya sendiri waktu menghisi daftar kelahiran di SMP Gianyar).
Saya lahir dari pasangan Wayan Dadi dan Ketut Puri. Ayah saya seorang penari, penguruk arja, dan ibu saya yang lahir di Camenggon Sukawati adalah lingkungan satra dan penangggalan.
Saya lahir di jantung kota Gianyar disebelah selatan Puri Gianyar(di alun-aluin sekarang). Desa saya dulu ditimur rumah saya ada kali besar yang membelah desa(telabah) dimana disana berkembang kehidupan orang nyugsug padi ngubuh meri mandusin sampi sbnya. Disebelah selatan desa saya terbentang sawah yang luas sehingga kehidupan petani tempo dulu berkembang dalam kehidupan saya . Kehidupan anak petani, memelihara itik menyabit rumput, memandikan sapi, ngonang, mencari mangga dan mandi di kali di tengah sawah. Dan malam harinya saya bermain tambak-tambakan, kering-keringan. Kami pagi-pagi berkelompok pulang sekolah dan sorenya disamping menyabit rumput saya juga sering caru kayu api, Semua ini tertuang dalam novel anak-anak – I Kentung uling Lodtungkang- Kegembiraan anak-anak dalam menyambuit hari Raya Galungan berkeliling desa mengikuti barong nglawang dan naik ayunan jantra, Istilah-istilah ini semua ada dalam novel I Kentung ulingi Lodtungkang dan dalam kumpulan drama Galang Bulan(ceritra permainan anak-anak tempo dulu waktu malam hari.Dan pasar tradisional juga tertuang dalam kehiduoan anak-amak di novel itu.
8, Bagaimana kehidupan Bapak setelah pensiun pada tahun 1999?
Setelah pensiun saya sepenuhnya menulis. Saya menerbitkan Majalah berbahasa Bali ,, Majalah Canang Sari kini sudah sampai tahun ke sembilan(pertama kali terbit tahuin 1998-terbit tiap empat bulan sekali( kni sudah No: 27 edisi januari –April) dan Majalah Satua khusus untuk cerpen bahasa Bali Modern terbit akhir tahun 1999, kini sudah nomer 21, juga terbit empat bulan sekali bersamaan dengan Majalah Canang Sari. Disamping itu saya juga terus menulis novel, cerpen, puisi dan drama. Dari tahun 2004 saya terus menulis cerpen bersambung di tabloid Paswara Gianyuar sehingga terbit kumpulan cerpen Tantri dan Panji Semirang Rencananya masing-masing delapan buku setebal 60 halaman Baru terbit pertama tahun 2007.Disamping itu saya menjadi pengemban majalah berbahasa Bali di Bali Post ( Bali Orti) sampai kini. Saya berusaha menggunakan basa Bali untuk menulis esei
9. Selain mengarang , hobi apa saja yang sering bapak lakukan di waktu senggang?
Setiap pagi dari pukul 6 sampai tujuh saya jalan kaki di alun-alun dan sore hari dari jam lima sampai jam enam sore. Itu saya lakukan tetap untuk menjaga klesehatan saya. Disamping itu setiap hari rerahinan kliwon, tumpek tilem dan purnama saya tetap sembahyang di Pura dadia saya di Dalem Teges Gianyar. Saya sangat senang sekali metirta yatra di pura di seluruh Bali, Lombok , Nusa Penida dan Jawa sehingga terbit buiku saya ,, Jantraning tirtayatra” (sampai dua kali dicetak) setebal dan 9-24 September 2005 saya berkesempatan metirtayatra ke India dan terbit buku saya ..Metirta yatra ke India –
Sehari-hari di rumah saya selalu menyapu halaman dan berkebun anggrek
10. Siapakah tokoh-tokoh yang menjadi motivator yang sangat memberi dorongan yang cukup besar dalam kehidupan kepengarangan bapak? Apa moto atau kata-kata yang hingga kini tetap melekat sebagai suatu spirit dalam mendukung kepengarangan Bapak.
Hampir lima belas tahun saya bekerja sama dengan pengarang Pujangga Baru yang terkenal Bapak Sutan Takdir Alisyabana yang mempunyai rumah seni di Toya Bungkah. Hampir setiap bulan beliau datang ke Bali dan selalu singgah di rumah saya . dari air port akan ke danau Batur beliau pasti singgah di rumah saya dan selalu memprogramkan anak-anak latihan baca puisi. Saya mempunyai sanggar Teater Malini (siswa SMA Negeri Gianyar) Kami membaca puisi di Toya Bungkah.Beliau mendorong saya menulis novel Kasih bersemi di danau Batur ( diterbitkan oleh Pemda Tingkat I Bali). Kita harus mencipta terus memajukan kebudayaan bangsa kita supaya jangan kalah dengan bangsa lain di dunia ini (surat-surat STA pada saya).
Kemudian yang sangat mendorong saya menulis dalam bahasa Bali ini adalah Ajip Rosidi .Hampir setiap bulan beliau bersurat pada saya beiau selalu berusaha menghidupkan dan mengembangkan bahasa daerah. Beliau yang memberikan hadiah sastra Rancage pada seniman Bali, Sunda dan Jawa dan saya memperolah hadiah itu tiga kali th(1998. 2003. 2008).
Juga pengarang Pramudya Ananta Tur saat kami bertemu di IKIP Rawamangun Jakarta pada tahun 2003 beliau mengatakan pada saya kita harus menulis sampai akhir hayat ini semasih badan dan pikiran kita kuat untuk menulis. Hal ini disampaikan setelah beliau mengetahui bahwa saya banyak menterjemahkan karya-karya seniman Indonesia ke bahasa Bali. Saya sedang menterjemahkan novel Perburuan karya belaiu ke bahasa Bali.
Disamping pengarang-pengarang tadi juga almarhum Made Sanggra selalu berbisik kepada saya siapa lagi kalau tidak kita yang ngayah untuk mengembangkan bahasa dan sastra Bali.
11. Apakah moto yang ingin bapak sampaikan kepada para generasi muda yang memiliki bakat mengarang agar tetap mau berkarya dan tidak mudah menyerah?
Teruslah menuls. Kerjakan setiap haris ebagi suatu kesenangan dan pengabdian hidup. Ingat dengan pepatah…puntul-puntulang besi yen sesai sangih pastika ia bakal mangan- dan jangan mudah menyerah, kegagalan hanya keberhasilan yang tertunda.
12. Karya-karya sastra apa saja yang tercipta setelah terbitnya novel DBTK?
Keyakinan hidup saya selama hayat masih dikandung badan dan saya dikarunai kesehatan saya akan tetap menulis, di dua komputer di ruangan saya sudah tersimpan tiga novel yang rata-rataenam puluh persen selesai. Salah satu diantaranya ialah novel ,, Ngabih kasih ring pasisi Lebih,” novel remaja yang terselip ajaran agama (118 halaman), kemudian ,, Sawang-sawang gamang” novel setebal 138 halaman feed back kehidupan Bali jaman dulu dan sekarang. Dua kumpulan cerpen yang merupakan ceritra bersambung di tabloid Paswara Pemda Gianyar yaityu Panji Semirang dan Tantri dalam bahasa Indonesia.
13.. Bagaimana kesan bapak setelah karya novel DTBK ini kembali memperolehm penghargaan sastra Rancage.
Sebagai sastrawan Bali tentu saya sangat merasa bangga dan bahagia sekali dan ini memacu saya untuk terus menulis karya sastra. Mengenai hasilnya saya tetap berpegang pada tutur Bali ,,Eda ngadén awak bisa depang anaké ngadanin” Yang penting terus berkarya untuk memajukan dan mengembangkan bahasa,sastra dan budaya Bali.
13. Bagaimana tokoh-tokoh dalam novel menyampaikan pesan dan amanat?.
Tokoh-tokoh dalam novel-novel saya selalu saya kemukakan untuk selalu berbuat baik untuk kemanusian, bangsa dan Hyang Widi. Kalau ia sudah berbuat seperti itu bisa akan menggambarkan apa yang saya kehendaki dalam penulisan novel itu, Itu terlihat dalam alur perbuatan tokoh dan dialog-dialog yang menguntai dalam proses alur ceritra itu.
14, Nama-nama cucu saya tercantum dalam buku yang berjudul ,,Sang Nandaka” dalam bahasa Indonesia dan Panji Semirang
Putu Bagus Darmayasa umur 13 tahun
Kadek Ratih Pradnyaswar umur 11 tahuni
Putu Dian Pradnyaparamita umur 10 tahun
Putu Kania Ayu Kirana umur 9 tahun
Made Paramarta Vikrama umur 5 tahun
Komang Trisia Ayu Maharani umur 4 tahun
Made Bagus Ayesa Dwipayana umur 1 tahun

PIDAN MEKEJANG BERJUANG JANI LIUNAN NYUANG

Niki puisin titiang metu ritatkala titiang miragi/nulis tutur para pejuangé rihin utamané ring banjar Ubung Penebel Tabanan.
Sinamian sampun uning daerah Tabanan basis perjuangan rakyat Bali nglawan penjajah. Krama banjar Ubung puniki sané 75 KK cenik kelih lan para penuané ri pinanggal 5 April 1946 ketog semprog ngungsi ke carik lan tegalan ngantos ka gunung Batukaru lan alas Munduk Klesih. Para yowanané magabung pacang nyerang pos Nika ring Penebel tanggal 15 April 1946. Indik penyerangan puniki mangku desa Ubung I Gede Djagra nuturang punapi sregep lan kobaran semangat pemuda-pemuda Penebel lan laskar gerlia Tabanan tiosan mawinan prasida mademang telung dasa diri Nica ring posnyané lan ngrebut senjatané. Penyerangan heroik pemuda Penebel puniki taler kacaritayang ring buku Bali berjuang pakaryan Nyoman S.Pendit. Indik penderitaan lan perjuangan krama banjar Ubung puniki kacaritayang olih I Gede Ketut Gunarta(mantas guru SMPN), I Gede Nyoman Gunawan, I Nyoman Mando(direktur BPR Penebel), mangku I Gede Nyoman Djagra, duk punika kantun alit lan ngranjing ring SR I Penebel, nuturang krama banjar Ubung sané kompak nganutin perarem banjar pacang salunglung sabayantaka nglawan Belanda . Guru-guru SR I Penebel sekadi Bapak Wayan Gelgel,(Kepsek), Bapak Wayan Radin, bapak I Gede Sukarna, Ibu Ni Wayan Rugeg, Ibu Anak Agung Rai sinamian berjuang nglawan Belanda mawinan sekolahnyané libur atiban. Murid-murid SR I Penebel sangkan ongsokan guru-gurunnyané naaning keliling desa Penebel, Kopang makta sepanduk mangda kramané nglawan Belanda mawinan sinamian mabriuk égar nglawan penjajah. Dumun makejang berjuang sekadi krama banjar Ubung Penebel Tabanan. Menawi akéh banjar-banjar ring Tabanan lan daerah Bali tiosan berjuang salunglung sabayantaka nglawan Belanda mangda prasida guminé merdeka. Perjuangan tulus iklas gigih perkasa perjuangan semeton-semetoné puniki sané kewarisang mangkin mawinan prasida bebas hidup merdeka, nglanturang hidup makarya, masekolah, ten wénten anak nindes. Niki sangkaning perjuangan mereka sekadi ring ajeng. Mangkin sesampuné merdeka -jani liunan nyuang - Indiké puniki akéh kawacén ring surat kabar lan siaran TV. Akéh oknum pejabat korupsi, pipis bantuan sané pacang katiba ring rakyat plikesanga, akéh pis gumi garanga. Jani liunan girang nyuang, sing ja ngurus rakyat nanging ngurus déwékné padidi , plesir ka luar negeri. Sesai surat kabaré nulis unduk anak nyuang pis gumi , unduk anak ngedum, unduk anak nglampahang sandiwara hukum, indik pembangunan ané bikaksana bijaksini, ajin-ajin kebutuhan pokok setata menékang, bensin menék, masuk jani liu ngonyang pipis, maubad maal, rakyaté pragat kena pajek kén setata mayah , pidan nyerahang jiwa raga apang guminé merdeka, jani girang magending ngalih liang, I panjak tuah maan janji-janji duén Dumogi para pejuang sané sampun iklas ngorbankan jiwa demi kemerdekaan mangda tatas uning asapuniki kasujatian jagaté mangkin. Dumogi dané saking linggih sané sampun tenang mangda ngastitiang jagaté mangda rahayu lan karma palané mangda nyejer sira ugi ja sané madaya usak ring gumi Indonesia puniki mangda tan memanggihang rahayu lan sengsara hidupnyané. 2. Patapan I lidi (nyanggra Pesamuan Krama Bali). Alikan gumi sekadi mangkin maan demokrasiné sedeng maonjér enjuran, saking rihin sampun akéh kapanggih igel-igelan pragina guminé bakal ngadegang ratu, akéh sampun lelampahan sané kapanggih samian pada nguncarang sauhan munyi pacang mecikang jagat, nanging kantos mangkin durung kapanggih napi sané mawasta gemah ripah loh jinawi murah sandang murah pangan makejang ngancan maalang, makejang pada magarang menékang kanti tusing prasida baan nyujuh. Nanging ané mamunyi lan masemaya apang nyidayang ia ngénterang jagat nandan I panjak apang nepukin bagia tuah tuturé duén kayang jani sing ada apa dé enu duén I panjak tuah maan makeengan duén. Makejang pada magrimingan kénkénang bakal ngalih pemimpin ané nawang keneh ulun hatin I panjak, ané mrasidayang nawang kleteg guminé, nyet Baliné, liu pada makeengan ané ngurusang guminé kayang jani kondén sanggup nandan panjaké buka semayané pidan. Mawinan mangkin mlejit pakrimik ngudiang sing iraga krama Bali ané nyejerang prejuru ané bakal anggo ngurusang gumi Baliné. Uling pidan suba kudang montor bakat tumpangin nanging tuah amonto duén, sopirné ané bek kantongné, ané ngelahang montoré kelem-kelem nrima setoran. I panjak tuah mayah duén , tuah kena ongkos duén sing suba taén I sopir jawat ané ngelah montoré bakal mapitulung bakal mudahang ongkos apabuin kratis. Di keperluané duén manis kemikané. Sangkaning unduké kakéné ada mlejit pagrimingan Pesamuan Krama Bali(Kongres Rakyat Bali), ané bakal edot ngelah pemimpin ané nawang kletegan bayun anak Bali, ané nawang asta brata, ané nawang trikaya parisuda. Ané nawang masima karama, nawang tri hita karana,bisa nengokin anak lacur, bisa mapitulung tekén anak sing ngelah, bisa ngenjuang baas tekén anak sing nyidaang nyakan, bisa nengokin murid ané mlajah di balé banjaré, bisa ngundukang upacara, adat lan agama Bali, bisa ningehang munyin kulkul, bisa ngrasaang pakeengan wong tani di pasubakan, bisa merasa jengah lan lek yan guminé kameranan sekala niskala. Menawi tan méweh ngrereh anak Bali ané bisa ,,maBali” yan salunglung sabayantaka sabriuk panggul ring pakraman sawengkon Bali pada égar ngujegang mandara giri Baliné bakal mijilang pemimpin Bali sané kasungkemin sareng sami. Menawi yan niri méweh yang sampun sareng sami krama Bali maikétan ngrereh 41 ribu langkung dukungan nganutin 10-13 % persyaratan calon independen, sekadi patapan lidiné, krama Bali saking Gilimanuk ngantos Padangbay, Pabean Buleleng ngantos Benoa Badung rasané ten méweh maiketan masikian yén pacang sujati kayuné nindihin gumi Bali. Aduk gejerang krama Baliné sareng sami napi ten prasida pacang metu sang natha sané wikan wicaksana makampuh lan madestar Bali Indayang pikayunin sareng sami, anak wikan akéh ring Bali, para yowana, para pandita, para ksatria, para pemodak, budayawan, seniman, ikrama tani, bendega, gébrasang kayuné apang prasida Baliné kadandan olih anak kaBalian Sekadi petapan I lidi yén ia tuah akatih padidiné anggo ngotékang luhu sing nyidaang nanging yén ia suba maiketan dadi sampat bakal aluh ngotékang luhu nyampatang natah, bakal tepuk ja bersih galang lan asriné. Indayang pikayunan lan dabdaban mangkin gejerang langséné tengkungang gending uling rangki Baliné bakal ngendingang Bali di kalangan Baliné apang prasida panggihin semita lelangunan Baliné. Dumogi